Trust...
Percaya adalah satu hal tersulit dalam hidup ini. Ketika kita berjalan melihat seorang yang tidak kita kenal, bisakah kamu percaya kepadanya? Pun ketika kita bercermin dan melihat diri ini, bisakah kamu mempercayainya?
Ada satu dua hal di dunia ini yang menjadikan manusia hipokrit. Salah satunya adalah rasa percaya. Logika manusia tersusun sistematikal, dimana ada batas antara kenyataan dan kefanaan. Dikarenakan dunia terdiri dari berbagai problema kompleks yang diproses dalam kerumitan pola pikir, kita terbiasa memberikan prasyarat 'bukti' untuk semua hal, dalam rangka proses menuju percaya.
Lain halnya logika dengan perasaan, perasaan lebih tidak terstruktur lagi dimana semua hal dalam posisi status quo. Ketika sisi emosional seseorang bermain, maka salah benar tidak bisa dihitung dengan konsep boolean.
Seringkali kita terjebak dalam skema percaya atau tidak yang biasanya ditemani oleh waktu yang memburu. Saat ini menolong orang, misalnya, kita akan berusaha memilih keputusan dengan rasa percaya.
Kawan, mungkin penjelasan diatas pointless, tapi tidak bisa dipungkiri hal tersebut terjadi otomatis dalam hidup kita. Lantas bagaimana, ketika kita sudah percaya, lalu dalam jenjang waktu tertentu hal itu sudah tidak bisa kita anggap benar lagi. Setidaknya secara logika dan perasaan sudah sepakat tak lagi bisa mempercayainya. Bagaimana menurutmu?
Bagaimana ketika kita berkaca, kita pun tak lagi percaya pada refleksi bayangan yang jatuh tepat di retina mata kita?
Komentar
Posting Komentar